12 Juni 2009

ROAD TO SRAGEN


Genangan air yang menyerupai waduk di bawah petilasan gunung Kemukus.
Pada musim kemarau, area ini berubah fungsi menjadi jalan raya.


Pada awal bulan Mei yang lalu tepatnya tanggal 8-10 Mei, rombongan POC-Surabaya (Pulsar Owners Club-Surabaya) mengisi libur panjang dengan touring ke salah satu daerah di Jawa Tengah. Tepatnya mengunjungi beberapa tempat wisata di kabupaten Sragen. Kabupaten yang terletak sekitar 30 km sebelah timur kota Surakarta ini pada masa kesunanan Surakarta, bernama Sukowati. Beberapa tempat wisata yang terkenal adalah objek wisata situs purbakala Sangiran, obyek wisata ziarah di makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus, pemandian air panas Bayanan, dan kampung batik Kliwonan.Pemberangkatan touring yang mengambil tema “Road to Sragen” ini dimulai dari ground zero depan Giant Margorejo Surabaya. Rombongan dibagi menjadi dua gelombang pemberangkatan. Gelombang pertama berangkat jam 17.00 wib, dan rombongan berikutnya berangkat pukul 20.00 wib.



Sesampainya di pemondokan, beberapa cruiser Surabaya ini langsung terlelap dalam buaian mimpinya.


Seluruh rombongan cruiser POC tiba di kota Sragen pada dini hari, dan dijemput kang bro dari COPS (Community of Pulsarian Solo). Selanjutnya rombongan diantarkan ke pemondokan untuk beristirahat. Dengan kondisi jalan yang banyak berlubang akhirnya sekitar 30 menit rombongan tiba di pemondokan. Meski dengan fasilitas yang sangat sederhana, disalah satu rumah kerabat kang Jonjon di daerah Mondokan ini, tak lama berselang beberapa rombongan segera terlelap dalam buaian mimpi.



Sendang atau sumber mata air ini, biasa digunakan mandi oleh penduduk, ketika sumur-sumur telah mulai mengering.


Keesokan harinya beberapa orang asyik dengan rutinitas paginya. Tak terkecuali beberapa peserta rombongan yang memilih mandi di sendang dekat pemondokan. Dengan sekat alami berupa rerimbunan tanaman, beberapa bapak dan anak-anak mulai asyik meikmati segarnya air di salah satu sumber mata air didesa ini.



Berfoto sejenak di depan pondokan, sebelum melanjutkan perjalanan.


Setelah selesai mandi dan sarapan, rombongna segera berkemas untuk memulai perjalanan menuju lokasi wisata pertama. Tujuan pertama adalah kawasan wisata ziarah makam Pangeran Samudro atau yang biasa disebut petilasan Gunung Kemukus di kecamatan Sumberlawang. Hal menarik dari tempat wisata ziarah ini, adalah mitos yang beredar dalam masyarakatnya. Ada beberapa masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan (1 lapan = 35hari). Wah…wah…wah… mau coba…???




Mengambil kenang-kenangan di sekitar area petilasan gunung Kemukus.


Dibawah makam pangeran Samudro terdapat sebuah genangan air yang menyerupai waduk. Pada musim kemarau airnya akan mengering dan berubah fungsi menjadi jalan yang biasa dilewati kendaraan bermotor. Dari salah satu objek wisata didesa Pendem kecamatan Sumber lawang ini, perjalanan kembali dilanjutkan menuju lokasi kedua.



Kang Jonjon kegirangan bisa menyaksikan beberapa peninggalan nenek moyangnya.

Lokasi berikutnya adalah museum situs purbakala Sangiran. Museum arkeologi yang terletak di kecamatan Kalijambe ini berdekatan dengan situs fosil purbakala Sangiran dengan luas meliputi tiga kecamatan dan mencakup lebih dari 56 km². Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun dengan kondisinya yang masih utuh masih dapat ditemukan.

Salah satu spesies asli dari Sangiran yang masih bertahan hidup..???

Setelah puas bernostalgia dengan nenek moyangnya, rombongan kembali berangkat menuju tempat wisata yang ke tiga. Meski perjalanan sempat terhalang hujan dan terdapat beberapa motor yang tersesat dan salah jalur, akhirnya sekitar jam 1700 wib rombongan sampai di tempat wisata pemandian air panas Bayanan. Dan tak berapa lama, rombongan POC Kediri yang menyusul dan berangkat hari ini dari Kediri, tiba dilokasi pemandian.



Jembatan gantung ini adalah stu-satunya akses jalan yang terdekat menuju kampung batik di desa Kliwonan.

Para cruiser harus antri untuk bisa melewatinya.


Pemandian yang mulai dibuka jam 07.00-22.00 ini terletak sekitar 17 km sebelah tenggara Kota Sragen. Tepatnya, di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, di lereng utara Gunung Lawu. Di obyek wisata pemandian air panas Bayanan disediakan 7 kamar mandi dengan bathub dan kran air yang siap mengalirkan air bersuhu berkisar 36 derajat celcius. Agar sedikit hangat, pengunjung dapat menuangkan ke dalam bathub dengan air dingin yang tersedia.



Meski hari telah gelap, dan kondisi hujan gerimis mulai turun, para pleasure maker ini tetap asyik berendam...


Tarif yang ditawarkan juga sangat murah. Untuk bisa menikmati pemandian air hangat dengan sekat berukuran 3x3m ini, pengunjung hanya cukup membayar Rp. 1.000,- untuk tiap 20 menitnya. Meskipun sangat murah, tetapi beberapa orang lebih memilih untuk berendam di kolam air dingin.



Setelah puas berendam, sesampainya di Mondokan empat tukang pijit telah siap untuk memberikan servis terbaiknya..

Setelah puas berendam, sesampai di pondokan rombongan dimanjakan dengan aneka hidangan kuliner khas Sragen yaitu jamur ‘So’. Masakan ‘oseng-oseng’ yang terbuat dari jamur yang banyak tumbuh dibawah pohon So atau melinjo. Selanjutnya servis dari 3 tukang pijat yang telah didatangkan oleh keluarga kang Jonjon siap memanjakan para peserta touring kali ini. Cukup dengan Rp.15.000,- (bagi yang memiliki ukuran tubuh ‘M’,‘S’, dan ‘L’) dan RP.20.000,- (untuk kang bro yang memiliki ukuran tubuh ‘XL’ atau ‘XXL’) bisa menikmati pijat selama 40-60 menit.


Berpose di depan gapura pintu masuk kampung batik Kliwonan..

Hari berikutnya lokasi wisata yang terakhir adalah wisata batik Kliwonan di Kecamatan Masaran. Di Desa Wisata Kliwonan ini pula para wisatawan juga dapat menikmati paket belajar membatik mulai proses awal sampai akhir. Namun karena hari libur maka rombongan hanya bisa menyaksikan langsung proses pembuatan yang dilakukan para pekerjanya saja. Di kawasan ini juga terdapat sentra atau pusat oleh-oleh khusus kerajinan yang berbahan dasar batik.



Diusianya yang memasuki kepala tujuh, Wagiyah Martoprawiro tetap setia menekuni pekerjaannya membuat batik dengan motif khas dari Kliwonan..

Dari lokasi terakhir ini, tujuan selanjutnya adalah pulang menuju Surabaya. Dengan diantarkan beberapa bikers dari COPS, rombongan melaju menuju kota Sragen dan mengambil jalan arah Surabaya. Di kilometer 6 jalan raya Sragen Ngawi, rombongan berhenti untuk makan siang dan menikmati suguhan kuliner kota Sragen.

Rumah makan yang terletak di kilometer 6 jalan raya Sragen-Ngawi ini, siap memanjakan pengunjungnya dengan menu-menu prasmanan...


Sebelum meninggalkan kota Sragen, rombongan POC Surabaya dan beberapa anggota COPS menikmati kebersamaan dengan mencicipi menu yang ditawarkan rumah makan Endang.

Di rumah makan ‘ENDANG’ yang berkonsep prasmanan ini, rombongan POC Surabaya mengucapkan terima kasih serta salam perpisahan pada Babe Sawaldi, Bro Teguh dan beberapa rombongan COPS yang lain untuk pamit melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.