24 Juni 2015

Hmmm...


29 Agustus 2009

"Ada Semangat 45 Di SPH"



Nasi goreng Jancuk adalah tantangan paling berat dalam ajang Journalist Triathlon Competition.

Siang itu matahari bersinar dengan teriknya....
Tetapi sejak pagi sebuah tenda di pinggir lapangan parkir Timur Plaza Surabaya telah ramai dikerubuti para jurnalis dan keluarga besar staf dan karyawan Surabaya Plasa Hotel. Ada apa gerangan disana..??
Ternyata serangkaian perlombaan memperingati HUT Kemerdekaan RI digelar disana. Mulai pukul 09.00 wib para jurnalis telah mendaftarkan diri sebagai peserta lomba "Journalist Triathlon Competition". Saat ini triathlon adalah salah satu cabang olahraga yang perkembangannya cukup pesat. Sebuah pertandingan yang menggabungkan tiga macam cabang olah raga yaitu balap sepeda, lari dan renang.



Dari garis start peserta pertama Journalist Triathlon Competition harus berlari menuju pasangannya yang telah siap dengan sepeda dan memakaikan helm dikepalanya.

Tapi kali ini Surabaya Plasa Hotel sedikit memodifikasi triathlon menjadi sebuah perlombaan yang menarik dan menyenangkan. "Mengingat esensi dari acara ini adalah menghadirkan sesuatu yang fun bagi rekan-rekan jurnalis maka jenis olah raga yang ketiga yaitu cabang renang, diganti dengan lomba makan nasi goreng Jancuk" papar Feby Kumalasari Business Communication Manager SPH. Jadi dalam Journalist Triathlon Competition kali ini mempertandingkan lomba balap sepeda, lari dan lomba menghabiskan nasi goreng. Hanya segampang itukah kompetisinya...??? Tunggu dulu, yang menarik dalam ajang ini adalah justru lomba makan nasi gorengnya. Nasi goreng yang akan dihabiskan oleh peserta adalah nasi goreng Jancuk yang sangat terkenal dengan porsi super jumbo dan super pedasnya itu.



Dengan membonceng pasangannya, peserta harus beradu kecepatan menuju garis finish.

Aturan main dalam Journalist Triathlon Competition adalah membagi peserta dalam beberapa group. Tiap group terdiri dari sepasang peserta. Sebelum lomba dimulai salah satu peserta berada di garis start dan bersiap untuk berlari menuju garis finish sembari memakai sebuah helm dikepalanya. Selanjutnya peserta kedua telah menunggu di garis finish siap dengan sepeda kayuhnya. Sesampai di garis finish peserta pertama harus memakaikan helm di kepala pemain kedua. Kemudian dengan berbocengan kedua peserta menuju garis start.


Setelah aba-aba perlombaan dimulai seluruh peserta segera menghajar sepiring nasi goreng yang biasa diperuntukkan 4-6 orang ini.

Sesampai di garis start yang juga merupakan gari finish untuk lomba balap sepeda, kedua peserta berlomba menuju masing-masing meja yang telah disiapkan lengkap dengan satu porsi nasi goreng Jancuknya. Sembari menunggu penilaian dari juri dan perlombaan ketiga dimulai, para peserta diperbolehkan minum terlebih dahulu atau sekedar mengatur nafas. Setelah selurauh peserta siap, pertandingan terakhirpun segera dimulai.



Dengan cekatan Cef Basori menyiapkan beberapa porsi nasi goreng Jancuk untuk peserta lomba.

Nasi goreng super Jumbo yang biasanya dihabiskan oleh 4-6 orang ini harus dihabiskan oleh sepasang peserta lomba. Berburu dengan waktu, menghadapi tantangan ekstra pedas dan menghabiskan nasi goreng benar-benar sebuah pengalaman baru bagi para peserta. Bagi beberapa peserta yang tidak terlalu menyukai rasa pedas, hal ini mungkin adalah siksaan bagi dirinya. Tapi bagi yang menyukai sensasi pedas, hal ini merupakan poin tambhan bagi dia. Berbagai trik dan strategi digunakan untuk menghadapi tantangan kali ini. Bagi yang tidak menyukai pedas, salah satu pasangn bertugas untuk memilah-milah potongan cabai dan satu yang lainnya menyantap bagisan nasi goreng yang telah dipisahkan tadi. Dalam lomba terakhir ini beberapa peserta menyerah dan tidak berhasil mengalahkan tantangan ekstra jumbo dan super pedas dari nasi goreng ciptaan chef Surabaya Plasa Hotel ini.



Beberapa peserta tidak tahan dengan sensasi super pedas nasi goreng Jancuk. Keringatpun bercucuran saat makanan ini mulai disantap.


Karena dari keseluruhan peserta tidak ada satupun yang berhasil menghabiskan satu porsi nasi goreng Jancuk, penilaian team juri berdasarkan hasil dari sisa makanan yang paling ringan saat ditimbang. Karena tak satupun yang berhasil mengalahkan tantangan dari kedahsyatan nasi goreng Jancuk, akhirnya para jurnalis balik menantang keluarga besar karyawan dan karyawati Surabaya Plasa Hotel untuk mengikuti kompetisi triathlon tersebut.



Feby Kumalasari Bussines Communication Manager SPH tampak segera mengambil air menum setelah menyantap nasi goreng super pedas ini.

Dari pertandingan pertama hingga terakhir semangat 45 juga tak kalah seru di tunjukkan oleh keluarga besar SPH. Hingga pada cabang perlombaan terakhir ternyata juga tak satupun yang mampu mengalahkan tantangan nasi goreng Jancuk. Bahkan beberapa peserta langsung menghentikan makan dan keringat mengucur karena sensasi super pedas nasi goreng ini.


Meski harus berulang kali minum namun para peserta tetap semangat berusaha menyelesaikan perlombaan.

Meski tak satupun yang berhasil menghabiskan, karena esensi dari lomba adalah untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 46 dan sekedar untuk fun, diakhir acara pemenang lomba tetap ditentukan dan langsung diumumkan. Para pemenang lomba akan menerima bebarapa hadiah mulai dari voucher paket liburan ke Bandung 93hari 2 malam) termasuk tiket pesawat dari Sriwijaya Air untuk pemenang pertama, voucher menginap di hotel bintang lima Horison Boutique Dago Pakar, voucher excelso senilai ratusan ribu, dan beberapa produk dari sponsor yang bernilai jutaan rupiah.

18 Juli 2009

Surabaya Heritage Track



Dengan dipandu oleh seorang tour guide, para peserta di ajak mengenang kembali berbagai peristiwa yang terjadi disekitar cagar budaya.

Beberapa waktu yang lalu aku diajak seorang teman untuk ikut rombongan Surabaya Heritage Track. Sebuah konsep menarik tentang wisata cagar budaya yang digagas oleh House Of Sampoerna. Dalam benakku saat itu langsung muncul bayangan tentang kilas balik peristiwa besar yang pernah terjadi di kota pahlawan ini. Dengan menaiki sebuah tramp (sejenis Bus kota yang memiliki ukuran kaca samping lebih besar, sehingga penumpang bisa leluasa melihat keluar), perjalanan dimulai dari House Of Sampoerna.


Tugu Pahlawan. Tugu ini dibuat atas prakarsa Presiden Soekarno untuk menghormati dan mengenang perjuangan arek-arek Surabaya dalam mengusir penjajah.

Dalam seminggu route perjalanan dibagi menjadi dua. Pada hari Selasa-Kamis perjalanan yang ditempuh adalah route pendek. Dengan route meliputi HoS–Tugu Pahlawan-HoS. Dalam sehari jam pemberangkatan bus dibagi menjadi tiga gelombang. Pada jam pertama dimulai pukul 10.00-11.31, jam kedua dimulai jam 13.00-14.30 dan ketiga dimulai jam 15.00-16.30 Sedangkan hari Jumat-Minggu menempuh route panjang, yaitu track HoS-Taman Surya-HoS. Sedangkan untuk jadwal pemberangkatannya juga dibagi menjadi tiga gelombang, yaitu pemberangkatan pertama jam 09.30-11.00, trip kedua dimulai jam 13.00-14.30 dan trip selanjutnya diberangkatkan jam 15.00-17.00. Karena aku ikut route panjang, setelah selesai mendaftar tepat jam 13.00wib rombongan meninggalkan House of Sampoerna.


Tracker, begitulah travel guide itu menyebut para peserta Surabaya Heritage Track


Dengan dipandu seorang tour guide, cerita yang pernah terjadi di beberapa tempat yang tengah kita lewati diulas satu-persatu. Mochamad Yusuf, seorang tour guide yang menemani perjalanan kami memberikan ulasan sejarah dengan sesekali diselingi banyolannya. Dan para ‘tracker’ begitulah peserta rombongan ini dinamai, sangat antusias dan menikmati perjalanan.



Konon Masjid Kemayoran ini didirikan diatas tanah milik seorang Mayor.

Selepas dari museum House Of Sampoerna Surabaya, laju tramp melewat
i penjara kali sosok. Sayang bangunan tua yang pada masa penjajahan Belanda sangat terkenal dengan keangkeran dan penyiksaan yang terjadi didalamnya, kini tidaklah begitu terawat. Dan kesan angkernya telah hilang oleh warna-warni lukisan mural yang terdapat dibeberapa sisi temboknya. Selalanjutnya Tramp melintasi jalan Rajawali. Di sepanjang jalan ini banyak sekali terdapat bangunan cagar budaya. Beberapa diantaranya gedung Cerutu (karena salah satu bangunannya menyerupai cerutu), gedung Internatio, Munumen Jembatan Merah Plasa dan jembatan Merah. Nama Jembatan Merah ini diberikan karena pada saat tentara Sekutu merapat ke Surabaya dikawasan jembatan ini banyak para pejuang yang gugur akibat bombardir tentara penjajah itu. Beberapa ruas jalan disekitar jembatan ini banyak dipenuhi mayat bergelimpangan dan darah yang mengalir dari para pejuang. Hingga warna jembatan yang menghubungkan jalan Rajawali dan Kembang Jepun ini nyaris berwarna merah oleh darah. Untuk menghormati peristiwa itulah maka jembatan ini diberi nama Jembatan Merah.



Salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda, yang terletak diselatan Polwiltabes Surabaya ini masih digunakan hingga sekarang.

Selanjutnya secara berurutan beberapa bangunan tua dan sejarah yang mengikutinya diceritakan dengan sekilas. Mulai dari bangunan warna-warni di sekitar kali mas adalah tramp pada masa kolonial, sejarah Polwiltabes hingga disebut ‘hobiru’ ternyata nama yang diberikan karena lidah penduduk lokal tidak bisa fasih menyebut bahasa Belanda. Gedung asuransi Jiwa Sraya, Gedung Gubernuran, hingga Musium tugu Pahlawan dipaparkan dengan bahasa yang mudah dicerna. Tramp terus melaju memasuki jalan Pahlawan. Di kawasan jalan ini dulu pernah terdapat keraton Kanoman dan alun-alun Contong atau alun-alun keraton. Disepanjang jalan ini arek-arek Surabaya berhasil dipukul mundur oleh tentara sekutu. Konon di jalan ini pula Jenderal Malaby tewas ditangan arek-arek Suroboyo.



Mochamad Yusuf sebagai tour guide dengan sabar memberikan penjelasan tentang cerita sejarah yang menyertai beberapa bangunan peninggalan kolonial ini.

Memasuki jalan Gemblongan terdapat gedung PLN, yang sejak dulu telah berfungsi mengatur suplay listrik dikawasan Surabaya Utara. Di ujung jalan ini terdapat gedung Siola. Pada masa penjajahan Jepang gedung ini lebih dikenal dengan nama ‘Ciyoda’ karena isinya dibanjiri produk-produk Ciyoda dari Jepang. Dari Siola perjalanan berlanjut melewati hotel Majapahit. Pada masa kemerdekaan inilah salah satu hotel paling bersejarah. Bangunan yang saat itu bernama hotel Yamato menjadi saksi peristiwa heroik penyobekan bendera milik Belanda. Warna merah putih biru disobek hingga bendera hanya tertinggal warna merah putihnya saja. Selanjutnya secara berurutan bangunan cagar budaya seperti Apotik Simpang dan gedung Grahadi telah dilewati para tracker.


Bangunan dan ornamen Apotik Simpang masih sama seperti awal saat bangunan ini dibuat.

Gedung Grahadi yang biasa digunakan untuk menjamu tamu-tamu Gubernur ini, pada awal berdirinya adalah menghadap Kali Mas. Karena setiap sore para tamu sering diajak menikmati aktifitas dan pemandangan di Kalimas. Di sebelah selatan gedung ini terdapat bangunan cagar budaya yaitu Kantor Pos Simpang. Inilah kantor pos yang pertama kali dibangun di Surabaya. Selanjutnya tramp melewati bangunan balai Pemuda. Awal berdiri gedung ini biasa disebut Simpang Society. Biasanya orang-orang Belanda menggelar acara maupun pesta dansa di tempat ini.


Dahulu gedung Grahadi menghadap ke Kali Mas. Sedangkan bagian yang depan saat ini justru adalah bagian belakangnya. Bagunnan ini dirombak pada masa pemerintahan gubernur Deandless.

Tujuan berikutnya adalah gedung KMS. Di gedung ini para tracker dipersilahkan untuk turun, mengambil gambar dan melihat lebih dekat salah satu cagar budaya di Surabaya. Dari KMS tramp melaju melewati Taman Budaya Cak Durasim. Bangunan ini didirikan untuk menghormati tokoh seniman legendaris dari Surabaya. Sebagai pemain ludruk cak Durasim membakar semangat para pejuang dengan kidungan-kidungannya. Bahkan sempat ditawan penjajah karena syair dalam kidungannya. Salah satu syair kidungan yang sangat terkenal adalah “Pagupon omahe Dara.. melu Nipon urip sengsara..” (Pegupon rumahnya burung dara, ikut Nipon hidup sengsara..). Disebelah utara taman budaya terdapat gedung Sahabat. Bangunan ini biasa dijadikan tempat berkumpul orang-orang Belanda untuk berdansa. Dan terkadang sampai saat ini tempat tersebut masih biasa digunakan untuk latihan dansa warga keturunan Tionghoa.



Tramp berhenti sejenak di gedung Kota Madya Surabaya. Para tracker diberi kesempatan untuk melihat lebih dekat salah satu cagar budaya yang masih terawat dengan baik ini.

Jalur berikutnya adalah jalan Praban. Di salah satu sisi jalan ini terdapat makam keramat Joko Jumput. Salah satu keturunan dari kerajaan Mataram. Konon saat kota Surabaya menjadi lautan api dan dihancur leburkan oleh Sekutu, makam ini sama sekali tidak rusak. Dari jalan ini tracker terus diarahkan menuju jalan Bubutan.



Menara Air Krembangan adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk mnsuplai kebutuhan air di kawasan Surabaya Utara

Bangunan bersejarah berikutnya adalah Gedung Nasional Indonesia (GNI), yang dibelakangnya terdapat makam Dr.Soetomo. Di gedung inilah arek-arek Surabaya pada masa pergerakan biasa berkumpul dan menyusun strategi perjuangan. Bagunan yang lain disepanjang jalan ini adalah gedung Rumah Sakit 'Mardi Santosa'. Namun tempat ini sekarang telah berubah fungsi menjadi café yang bernama Hello Surabaya. Di jalan ini terdapat sebuah gang yang bernama gang Kawatan. Konon di gang ini dahulu merupakan sebuah kawasan prostitusi. Dari jalan Bubutan track selanjutnya melewati tugu Pahlawan dan mengambil arah jalan Indrapura. Disisi sebelah kanan terdapat masjid Kemayoran. Masjid ini diberi nama kemayoran karena bangunan ini didirikan di atas tanah milik seorang Mayor pada masa penjajahan Kolonial.



Gedung De Java's Bank adalah salah satu bangunan bersejarah yang menggunakan corak arsitektur khas bangunan Jawa.

Laju tramp selanjutnya mengarah pulang ke HOS. Disepanjang perjalanan pulang masih melewati beberapa bangunan bersejarah seperti Menara air Krembangan, gedung PTP dan gedung ‘De Java’s Bank’ di sebelah Jembatan Merah Plasa. Sebuah bangunan kolonial yang arsitekturnya menggunakan ornamen-ornamen Jawa.



Setelah berkeliling menggunakan tramp, para tracker dipersilahkan menyaksikan koleksi dari museum House Of Sampoerna.

Setelah kurang lebih sekitar satu jam mengelilingi kota Surabaya tramp kembali pulang. Akhir dari perjalanan ini tramp berhenti kembali di House Of Sampoerna. Para tracker dipersilahkan untuk melihat koleksi barang-barang antik yang terdapat di museum. Beberapa benda antik yang menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan pabrik rokok Sampoerna masih terawat dengan baik di tempat ini.Rata Penuh

12 Juni 2009

ROAD TO SRAGEN


Genangan air yang menyerupai waduk di bawah petilasan gunung Kemukus.
Pada musim kemarau, area ini berubah fungsi menjadi jalan raya.


Pada awal bulan Mei yang lalu tepatnya tanggal 8-10 Mei, rombongan POC-Surabaya (Pulsar Owners Club-Surabaya) mengisi libur panjang dengan touring ke salah satu daerah di Jawa Tengah. Tepatnya mengunjungi beberapa tempat wisata di kabupaten Sragen. Kabupaten yang terletak sekitar 30 km sebelah timur kota Surakarta ini pada masa kesunanan Surakarta, bernama Sukowati. Beberapa tempat wisata yang terkenal adalah objek wisata situs purbakala Sangiran, obyek wisata ziarah di makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus, pemandian air panas Bayanan, dan kampung batik Kliwonan.Pemberangkatan touring yang mengambil tema “Road to Sragen” ini dimulai dari ground zero depan Giant Margorejo Surabaya. Rombongan dibagi menjadi dua gelombang pemberangkatan. Gelombang pertama berangkat jam 17.00 wib, dan rombongan berikutnya berangkat pukul 20.00 wib.



Sesampainya di pemondokan, beberapa cruiser Surabaya ini langsung terlelap dalam buaian mimpinya.


Seluruh rombongan cruiser POC tiba di kota Sragen pada dini hari, dan dijemput kang bro dari COPS (Community of Pulsarian Solo). Selanjutnya rombongan diantarkan ke pemondokan untuk beristirahat. Dengan kondisi jalan yang banyak berlubang akhirnya sekitar 30 menit rombongan tiba di pemondokan. Meski dengan fasilitas yang sangat sederhana, disalah satu rumah kerabat kang Jonjon di daerah Mondokan ini, tak lama berselang beberapa rombongan segera terlelap dalam buaian mimpi.



Sendang atau sumber mata air ini, biasa digunakan mandi oleh penduduk, ketika sumur-sumur telah mulai mengering.


Keesokan harinya beberapa orang asyik dengan rutinitas paginya. Tak terkecuali beberapa peserta rombongan yang memilih mandi di sendang dekat pemondokan. Dengan sekat alami berupa rerimbunan tanaman, beberapa bapak dan anak-anak mulai asyik meikmati segarnya air di salah satu sumber mata air didesa ini.



Berfoto sejenak di depan pondokan, sebelum melanjutkan perjalanan.


Setelah selesai mandi dan sarapan, rombongna segera berkemas untuk memulai perjalanan menuju lokasi wisata pertama. Tujuan pertama adalah kawasan wisata ziarah makam Pangeran Samudro atau yang biasa disebut petilasan Gunung Kemukus di kecamatan Sumberlawang. Hal menarik dari tempat wisata ziarah ini, adalah mitos yang beredar dalam masyarakatnya. Ada beberapa masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan (1 lapan = 35hari). Wah…wah…wah… mau coba…???




Mengambil kenang-kenangan di sekitar area petilasan gunung Kemukus.


Dibawah makam pangeran Samudro terdapat sebuah genangan air yang menyerupai waduk. Pada musim kemarau airnya akan mengering dan berubah fungsi menjadi jalan yang biasa dilewati kendaraan bermotor. Dari salah satu objek wisata didesa Pendem kecamatan Sumber lawang ini, perjalanan kembali dilanjutkan menuju lokasi kedua.



Kang Jonjon kegirangan bisa menyaksikan beberapa peninggalan nenek moyangnya.

Lokasi berikutnya adalah museum situs purbakala Sangiran. Museum arkeologi yang terletak di kecamatan Kalijambe ini berdekatan dengan situs fosil purbakala Sangiran dengan luas meliputi tiga kecamatan dan mencakup lebih dari 56 km². Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun dengan kondisinya yang masih utuh masih dapat ditemukan.

Salah satu spesies asli dari Sangiran yang masih bertahan hidup..???

Setelah puas bernostalgia dengan nenek moyangnya, rombongan kembali berangkat menuju tempat wisata yang ke tiga. Meski perjalanan sempat terhalang hujan dan terdapat beberapa motor yang tersesat dan salah jalur, akhirnya sekitar jam 1700 wib rombongan sampai di tempat wisata pemandian air panas Bayanan. Dan tak berapa lama, rombongan POC Kediri yang menyusul dan berangkat hari ini dari Kediri, tiba dilokasi pemandian.



Jembatan gantung ini adalah stu-satunya akses jalan yang terdekat menuju kampung batik di desa Kliwonan.

Para cruiser harus antri untuk bisa melewatinya.


Pemandian yang mulai dibuka jam 07.00-22.00 ini terletak sekitar 17 km sebelah tenggara Kota Sragen. Tepatnya, di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, di lereng utara Gunung Lawu. Di obyek wisata pemandian air panas Bayanan disediakan 7 kamar mandi dengan bathub dan kran air yang siap mengalirkan air bersuhu berkisar 36 derajat celcius. Agar sedikit hangat, pengunjung dapat menuangkan ke dalam bathub dengan air dingin yang tersedia.



Meski hari telah gelap, dan kondisi hujan gerimis mulai turun, para pleasure maker ini tetap asyik berendam...


Tarif yang ditawarkan juga sangat murah. Untuk bisa menikmati pemandian air hangat dengan sekat berukuran 3x3m ini, pengunjung hanya cukup membayar Rp. 1.000,- untuk tiap 20 menitnya. Meskipun sangat murah, tetapi beberapa orang lebih memilih untuk berendam di kolam air dingin.



Setelah puas berendam, sesampainya di Mondokan empat tukang pijit telah siap untuk memberikan servis terbaiknya..

Setelah puas berendam, sesampai di pondokan rombongan dimanjakan dengan aneka hidangan kuliner khas Sragen yaitu jamur ‘So’. Masakan ‘oseng-oseng’ yang terbuat dari jamur yang banyak tumbuh dibawah pohon So atau melinjo. Selanjutnya servis dari 3 tukang pijat yang telah didatangkan oleh keluarga kang Jonjon siap memanjakan para peserta touring kali ini. Cukup dengan Rp.15.000,- (bagi yang memiliki ukuran tubuh ‘M’,‘S’, dan ‘L’) dan RP.20.000,- (untuk kang bro yang memiliki ukuran tubuh ‘XL’ atau ‘XXL’) bisa menikmati pijat selama 40-60 menit.


Berpose di depan gapura pintu masuk kampung batik Kliwonan..

Hari berikutnya lokasi wisata yang terakhir adalah wisata batik Kliwonan di Kecamatan Masaran. Di Desa Wisata Kliwonan ini pula para wisatawan juga dapat menikmati paket belajar membatik mulai proses awal sampai akhir. Namun karena hari libur maka rombongan hanya bisa menyaksikan langsung proses pembuatan yang dilakukan para pekerjanya saja. Di kawasan ini juga terdapat sentra atau pusat oleh-oleh khusus kerajinan yang berbahan dasar batik.



Diusianya yang memasuki kepala tujuh, Wagiyah Martoprawiro tetap setia menekuni pekerjaannya membuat batik dengan motif khas dari Kliwonan..

Dari lokasi terakhir ini, tujuan selanjutnya adalah pulang menuju Surabaya. Dengan diantarkan beberapa bikers dari COPS, rombongan melaju menuju kota Sragen dan mengambil jalan arah Surabaya. Di kilometer 6 jalan raya Sragen Ngawi, rombongan berhenti untuk makan siang dan menikmati suguhan kuliner kota Sragen.

Rumah makan yang terletak di kilometer 6 jalan raya Sragen-Ngawi ini, siap memanjakan pengunjungnya dengan menu-menu prasmanan...


Sebelum meninggalkan kota Sragen, rombongan POC Surabaya dan beberapa anggota COPS menikmati kebersamaan dengan mencicipi menu yang ditawarkan rumah makan Endang.

Di rumah makan ‘ENDANG’ yang berkonsep prasmanan ini, rombongan POC Surabaya mengucapkan terima kasih serta salam perpisahan pada Babe Sawaldi, Bro Teguh dan beberapa rombongan COPS yang lain untuk pamit melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.

15 April 2009

"Lady in my Dreams"









25 Maret 2009

"Sebuah Romansa Dari Kota Angin"




Sore itu hujan gerimis terus menemani perjalananku. Dengan sepeda motor, kususuri ruas jalan menuju alun-alun kota angin. Jacket yang sedikit basah tak cukup untuk menghentikanku menerobos rintik hujan.... Tetapi setelah melewati ruas jalan sepanjang pasar Nganjuk, tiba-tiba aroma yang khas mulai menusuk hidungku..

Kondisi badanku yang menggigil kedinginan, tiba-tiba mulai aku rasakan. Dari dalam perutku juga mengeluarkan bunyi-bunyian seperti alunan musik alam... Laju sepeda motor pelan-pelan mulai aku kurangi. Dan di sebuah tempat dari sumber aroma itu berasal, aku menghentikan motorku.... Setelah motor kuparkir, kuayunkan langkahku menuju ruangan yang berasap itu....



Aroma yang khas itu adalah bau yang bersumber dari daging kambing yang tengah dibakar. Tepatnya berasal dari warung Nasi Becek dan Sate Kambing milik Suprapti. Sate kambing adalah salah satu makanan yang paling banyak digemari orang. Tetapi di kota Nganjuk teman untuk menyantap sate adalah sepiring nasi becek. Jika dilihat dari warna dan bentuknya, nasi becek memang menyerupai kuah soto. Tetapi jika dirasakan akan lebih meyerupai gulai. Itulah yang khas dari nasi becek. Mungkin disebut nasi becek karena saat menuangkan kuah kedalam sepiring nasi jumlahnya sangat banyak. Sehingga nasi hampir ditenggelamkan dengan kuahnya. Sehingga banyak orang menyebutnya nasi becek, atau nasi yang terendam kuah.



Nasi becek adalah makanan khas dari kota angin Nganjuk. Ditengak kota terdapat beberapa warung yang menyediakan masakan ini. Salah satunya adalah warung milik Suprapti. Di jalan Dr. Soetomo ini warung yang dia jalankan telah berdiri lebih dari tiga generasi. "Saya tidak tahu pasti kapan warung ini berdiri. Tapi kata ibu saya yang telah lebih dulu berjualan, warung nasi becek ini sudah ada sejak dia belum lahir. Jadi lebih dari tiga generasi telah turun-temurun melanjutkan usaha warung nasi becek ini "kata Suprapti sembari melayani pembeli-pembelinya.



Menyantap nasi becek biasanya akan lebih nikmat bila dicampur sedikit jeruk nipis atau cuka. Di warung ini Suprapti juga membuat sendiri cuka untuk campuran agar kuahnya terasa lebih segar. Harga satu porsi nasi becek yaang terdiri dari nasi yang diberi kuah yang menyerupai gulai dan daging kambing hanya sebesar Rp. 7.000,- saja. Sedangkan untuk 10 tusuk sate kambing dipatok seharga Rp. 14.000,-. Meski disebelah warungnya juga terdapat warung yang juga menjual nasi becek, tapi ternyata kedua tempat makan itu sama-sama tak pernah sepi oleh pengunjung. Beberapa pembeli yang notabenenya adalah warga sekitar, kebanyakan lebih senang membeli kuah gulai atau becek untuk dibawa pulang. Sedangkan yang memilih untuk makan ditempat kebanyakan adalah para pekerja kantoran atau penguna jalan yang melintasi tengah kota Nganjuk.


Warung nasi Becek Suprapti setiap harinya dibuka mulai 7.30 sampai pukul 22.00. Hampir setiap hari warungnya ramai dipenuhi para penggemar nasi becek. Jika tidak pengin terlalu lama antri, sebaiknya mampir di warung ini selepas jam makan siang atau setelah habis sholat Isya. Karena di kedua waktu itu warung sangat ramai. Dalam sehari Suprapti mengaku bisa menghabiskan sate kambing antara 600 hingga 800 tusuk. "Jika sedang melewati kota Nganjuk jangan lupa sekalian menikmati makanan khasnya juga.." ucap ibu setengah baya ini sembari menyerahkan uang kembalian kepadaku...

17 Maret 2009

"Pesona Telaga Sarangan"



Telaga Sarangan adalah salah satu kebanggaan wisata masyarakat Magetan dan Jawa Timur. Hembusan angin gunung dan indahnya landscape telaga di kaki gunung Lawu ini, tentu bisa menjadi obat mujarab untuk mengusir kejenuhan rutinitas sehari-hari kita. Objek wisata yang memiliki suhu udara antara 18 hingga 25 derajat celcius ini, terletak di kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Tepatnya sekitar 16 km arah barat dari kota Magetan. Bagi yang suka ketinggian dan hembusan udara dingin, tempat ini sangat cocok untuk alternatif liburan.



Telaga Sarangan memiliki luas lebih dari 30 hektar dan terdapat pulau kecil ditengahnya. Wisata air yang disebut juga telaga pasir ini, memiliki kedalaman lebih dari 1.287 meter. Berbagai fasilitas rekreasi mulai dari penginapan hingga pusat oleh-oleh telah banyak tersedia. Berderet kios aneka makanan ringan asli Magetan dan sovenir terdapat disekitar area telaga.



Bermacam-macam fasilitas rekreasi air juga disediakan dengan tarif yang sangat terjangkau. Kita bisa menikmati sensasi berpacunya adrenalin dengan meimilih kapal boat untuk mengelilingi telaga. Dengan merogoh kocek sebesar Rp. 40.000,- seorang pengemudi yang handal akan memberikan sensasi dari manuver kelokan tajam dan kecepatan tinggi diatas air. Untuk yang memiliki penyakit jantung, disarankan jangan mencobanya. Tetapi bagi yang pengin menikmati suasana romantis dengan pasangan atau keluarga, bisa memilih perahu angsa dengan tariff Rp.40.000,- per jamnya.



Disepanjang jalan tepian telaga, juga banyak ditawarkan jasa penyewaan kuda. Kita bisa menyewa seekor kuda sekedar untuk berfoto diatasnya atau untuk mengelilingi area telaga sarangan. Tarif untuk satu kali memutari telaga, hanya dikenakan antara Rp.15.000,- hingga Rp.30.000,-.



Setelah puas menikmati berbagai fasilitas rekreasi lidah kita juga akan dimanjakan dengan kuliner khas daerah ini. Mulai warung hingga pedagang keliling sate ayam dan sate kelinci juga banyak terdapat di kawasan ini. Dengan menu sepiring lontong dan 15 tusuk sate kelinci, kita hanya dikenai Rp.10.000,-.



Jika ada yang tidak menyukai olahan dari daging ayam dan daging kelinci, kita bisa memilih menu lain yang tak kalah nikmatnya. Nasi pecel pincuk (dengan bungkus daun pisang) dengan lauk peyek, tempe, telur serta aneka sayuran dari kembang turi, toge, selada air dan sawi bisa kita nikmati hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp. 5.000,- saja. Anda pengin mencoba…???